Selasa, 29 November 2011

Lokasi Sidang Klasis biak Timur sejak 1972


Pelaksanaan  sidang Klasis Biak Timur dari tahun 1974 sampai dengan Sidang Klasis XVIII tahun 2011 adalah sebagai berikut :

1.   Sidang Klasis I        Tahun 1974                :  Di Jemaat Palestina Anggaduber
2.   Sidang Klasis II       Tahun 1975                :  Di Jemaat Maranatha Mbromsi
3.   Sidang Klasis III      Tahun 1976                :  Di Jemaat Elim Owi
4.   Sidang Klasis IV      Tahun 1977               :  Di Jemaat Baitel Nusi Inarusdi
5.   Sidang Klasis V       Tahun 1978               :  Di Jemaat Simon Petrus Wadibu
6.   Sidang Klasis VI       Tahun 1979               :  Di Jemaat Yahya Sasari
7.   Sidang Klasis VII      Tahun 1980               :  Di Jemaat Ebenhaeser Ibdi
8.   Sidang Klasis VIII     Tahun 1981               :  Di Jemaat Nasareth Pasi
9.   Sidang Klasis IX       Tahun 1982               :  Di Jemaat Lukas  Saba – Warwe
10. Sidang Klasis X        Tahun 1984               :  Di Jemaat Karamel Bosnik
11. Sidang Klasis XI        Tahun 1988               :  Di Jemaat Pniel Opiaref
12. Sidang Klasis XII       Tahun 1992               :  Di Jemaat Elim Owi
13. Sidang Klasis XIII      Tahun 1996               :  Di Jemaat Getsemani Adibai
14. Sidang Klasis XIV     Tahun 2000               :  Di Jemaat Pengharapan Sepse
15. Sidang Klasis XV      Tahun 2006               :  Di Jemaat Baithel Nusi Inarusdi
16. Sidang Klasis XVIII    Tahun 2011                :  Di Jemaat Lukas Saba – Warwe

BIAK TIMUR TUAN RUMAH HARI MENANAM POHON INDONESIA TINGKAT PROVINSI PAPUA TAHUN 2011

 
Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor menjadi Tuan Rumah Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) Tingkat Provinsi Papua Tahun 2011 yang dipusatkan di Kampung Woniki dengan luas lahan penanaman seluas 2 ha.  Penanaman Pohon dilakukan serentak dengan jumlah bibit yang dipersiapkan sebanyak 1.250 bibit dengan jenis : Trembesi 130 bibit, Merbau 350 bibit, Nyatih 400 bibit, Bintangur 250 bibit, Nangka 70 bibit, Mahoni 50 bibit dengan jarak tanam 4 X 4 m.


 
Kegiatanan tersebut merupakan salah satu upaya melibatkan seluruh komponen bangsa dalam kegiatan Penanaman dan Pemeliharaan Pohon yang dilakukan secara massal dan kegiatan tersebut  merupakan bagian dari “Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011” sebagai  amanat Presiden pada Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional (BMN) Tahun 2010 di Jatiluhur Provinsi Jawa barat yang diselenggarakan secara Nasional dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis serta antisipasi dampak perubahan Iklim Global.

    Kegiatan hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN) merupakan tindak lanjut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.61/Menhut-II/2011 tentang Panduan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011 tanggal 22 Agustus 2011.


 

Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011 dalam rangka Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional merupakan Gerakan nyata Penanaman Pohon secara massal yang bertujuan :
  1. Menambah tutupan Lahan untuk mencegah terjadinya bencana Banjir dan longsor, kekeringan dan kebakaran ; 
  2. Konservasi keaneka ragaman hayati (Bio-diversity);
  3. Penyerapan Kerbon dioksida (CO2) di atmosfir untuk antisipasi dampak perubahan Iklim;
  4. Ikut berpartisipasi terhadap kebutuhan pangan, energy dan ketersediaan air untuk kesejahteraan masyarakat;

Kegiatan HMPI Tingkat Provinsi Papua diikuti oleh Peserta + 1037 orang yang terdiri dari Forkorpimda Provinsi Papua, Forkorpimda Kabupaten Biak Numfor, SKPD Provinsi Papua dan Kabupaten Biak Numfor, Instansi Vertikal, Anggota TNI/POLRI, LSM, Siswa-siswa SD, SLTP dan SLTA serta Perguruan Tinggi, BUMD/BUMS, Perbankan, Unsur Perempuan, Pemuda dan Unsur Toga/Tomas/Adat.  Untuk peserta lokal dari Distrik Biak Timur melibatkan 250 orang yang terdiri dari 18 PNS kantor Distrik Biak Timur, 17 Kepala Kampung, 20 orang anggota Dharma Wanita dan PKK Biak Timur, 15 Orang tenaga P-SP3 yang ada di Biak Timur, 10 orang anggota Persatuan Wanita Gereja Kristen Injili di Tanah Papua Jemaat Karmel Bosnik, 40 orang siswa SMK Negeri 1 Biak di Bosnik, 30 orang siswa SMP Negeri 1 Biak Timur, 90 orang siswa SD Inpres Sunde, SD Inpres Kajasbo dan SD YPK Adibai serta Warga Masyarakat Distrik Biak Timur yang ikut berpartisipasi dalam HMPI Tahun 2011.

 Terpilihnya Kabupaten Biak Numfor sebagai tuan rumah pelaksanaan Hari Menanam Pohon Indonesia Tahun 2011 tentunya tidak terlepas dari beberapa Upaya Serius Pemerintah daerah Kabupaten Biak Numfor dan Masyarakat dalam pelestarian Hutan yang telah berhasil meraih beberapa Prestasi seperti Juara 3 Lomba Peduli Konservasi Hutan Nasional Tahun 2007 dan yang terakhir adalah pada Tahun 2010 Desa/ Kampung Rimba Jaya Distrik/ Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak Numfor meraih Terbaik I Provinsi Papua Kategori Desa/Kelurahan Peduli Kehutanan dalam Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Wana Lestari Tahun 2010.











Rabu, 23 November 2011

BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA (BSPS) KE KAMPUNG RIM DISTRIK BIAK TIMUR



Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya atau lebih dikenal dengan Program BSPS mulai disosialisasikan di Kampung Rim Distrik Biak Timur pada hari Senin tanggal 21 Nopember 2011.  Program ini diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) baik yang memiliki penghasilan tetap dan tidak tetap dan penghasilannya tidak lebih Rp. 2.000.000/ bulan.

Adapun Maksud dan Tujuan dari Program BSPS yang merupakan Program Kementerian Perumahan Rakyat adalah  Mendorong Pemerintahan Daerah untuk menfasilitasi penyelenggaraan perumahan swadaya serta membantu MBR agar dapat menempati rumah dan lingkungan yang layak huni.

Program ini terdiri dari 3 kegiatan yaitu :

  1. Kegiatan Pembangunan Rumah Baru (PB) meliputi pembuatan fondasi, lantai dan atap rumah dengan luas 36 m2.
  2. Kegiatan Peningkatan Kualitas Rumah (PK) meliputi kualitas lantai dari (tanah – beton), (dinding daun, kulit kayu - kulit kayu), (atap daun – seng) plus memperbaiki yang rusak.
  3. Kegiatan Peningkatan Sarana Utilitas (PSU) meliputi jalan lingkungan, jalan setapak, saluran air hujan, sarana MCK umum, sarana social dan kegiatan ini pada Tahun 2011 terkait dengan MBR yang menerima kegiatan PK.
       Untuk Tahun 2011 Kampung Rim Distrik Biak Timur mendapatkan kegiatan Pembangunan Rumah Baru (PB) sebanyak 18 Rumah yang akan dibangun di lokasi Ibdi Sub yang merupakan daerah yang direncanakan untuk menjadi sebuah Kampung Pemekaran, sehingga dengan adanya bantuan ini dapat mempercepat Proses Pemekaran Kampung tersebut.

     Direncanakan untuk tiap rumah akan difasilitasi dengan dana Stimulan dan Proses realisasi dana akan ditransfer oleh KPPN Jakarta ke rekening bank Lembaga Keuangan Mikro/Lembaga Keuangan Non Bank yaitu KSU Rajawali untuk selanjutnya memfasilitasi material sesuai kebutuhan kegiatan PB, PK dan PSU dengan dua tahapan pencairan dana masing-masing sebesar 50% yang didukung dengan bukti fisik berupa laporan dan dokumentasi.

Minggu, 20 November 2011

TANAH BAGI ORANG BIAK



         Dalam hal pemilikan tanah, masyarakat tradisional Biak mengenal pola Pemilikan yang besifat Kolektif.  Dalam hal ini tanah dikuasai bersama-sama oleh anggota Keret/Marga (Kelompok Kekerabatan).  Dengan kata lain pemilikan tanah secara perorangan tidak ada.  Namun demikian hak-hak perorangan tetap diberikan secara terbatas hanya untuk pengolahan sebidang tanah secara terus menerus.  Setiap pengalihan hak mengolah tanah harus diketahui dan disetujui oleh anggota lainnya.  Penguasaan tanah keret yang memiliki hak kesulungan menurut gars keturunan dalam keret yang bersangkutan.  Hak kesulungan ini ditetapkan jatuh pada setiap anak laki-laki sulung dari saudara tertua secara turun temurun.

         Status seseoarang dalam kehidupan bersama di suatu kampung sangat ditentukan oleh kedudukannya terhadap tanah.  Mereka yang tergolong “Suprimanggun”, yaitu para pemilik sah atas tanah keret, mendapat status sosial yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang tergolong sebagai “Mandaman”, yaitu keret lain yang menumpang hidup diatas tanah keret “Suprimanggun”.  Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, para Mandaman dapat diperbolehkan mengolah sebidang tanah atas persetujuan para Suprimanggun tadi.

         Masyarakat adat Biak mengenal beberapa jenis benda yang dianggap memiliki nilai dan dapat dipergunakan sebagai alat tukar maupun untuk membayar mas kawin.  Benda-benda tersebt ntara lain berupa Piring antic, Piring Porselen biasa, gelang perak dan Sanfar (sejenis gelang terbuat dari kulit kerang).  Dalam bahasa Biak, benda-benda berharga itu disebut “Papus” atau “Roibena”.

         Masarakat adat Biak terdiri dari berbagai kelompok kekerabatan yang disebut “Keret” atau “Er”.  Keret atau Er tersebut bersifat “patrineal” dan eksogam.  Artinya kelompok-kelompok kekerabatan tersebut menarik garis keturunan dari Pihak Laki-laki (ayah) dan mengambil pasangan isteri dari luar keretnya sendiri.  Sesudah menikah umumnya pasangan baru itu menetap di dusun pihak suami (Patrilokal).

Pengetahuan Orang Biak terhadap Lingkungannya

     Pada umumnya orang Biak yang menetap di Desa-desa/ Kampung-kampung di Kabupaten Biak Numfor menggantungkan hidupnya pada perladangan berpindah-pindah, perburuan dan menangkap ikan.  Di beberapa tempat ada pula yang meramu sagu sebagai makanan pokok.  Tidak ada pola yang jelas untuk memisahkan kegiatan perladangan dengan perburuan atau penangkapan ikabn sebagai kegiatan pokok oleh karena kegiatan berburu dan menangkap ikan hanya dilakukan sebagai kegiatan atau usaha sampingan saja yang hasilnya sekedar dijadikan pelengkap menu sebaai lauk pauk.

         Dengan pola mata pencaharian yang demikian, istilah tani pada orang Biak mengandung makna kegiatan berladang, berburu, manangkap ikan dan meramu sagu. Dengan latar belakang pola kehidupan ekonomi yang sedemikian rupa yang berhubungan dengan darat (tanah dan hutan serta hewan buruan) dan laut (berbagai jenis ikan), orang Biak memiliki pengetahuan tentang Gejala-gejala alam yang merupakan petunjuk praktis dalam melakukan kegiatannya sehari-hari baik yang berhubungan dengan kegiatan bercocok tanam, berburu maupun menangkap ikan.

         Perhitungan musim ditentukan berdasarkan dua konstalasi bintang, yaitu Konstalasi Orion dan Scorpio.  Dalam bahasa setempat Konstalalsi Orion disebut sawakoi sedangkan Konstalasi Scorpio disebut “Romangguandi”.  Romangguandi terdiri atas sejumlah bintang yang terangkai dalam himpunan bintang yang tampaknya menyerupai seekor ular raksasa (naga) dengan bintang selatan sebagai ekornya.  Saat Romangguandi berada di bawah garis horizontal (garis permukaan laut), saat itu sedang berlangsung musim angin barat yang kering disertai dengan keadaan laut yang bergelombang.  Sesudah itu datanglah masa tenang atau musim teduh ketika Romangguandi berada di atas garis Horizontal.

        Musim tanam mulai bila sawakoi tenggelam dan Romangguandi Nampak keseluruhannya di atas garis permukaan laut di ufuk timur. Selama musim tanam berlangsung, dengan berbagai posisi dari konstalasi yang ada orang mencoba menemukan dengan tepat kondisi yang paling cocok.  Jika suatu posisi ternyata berhasil, mereka akan meletakkan sepotong batu di dalam kebun sebagai patokan atau tanda untuk masa-masa berikutnya.
Jenis tanaman yang ditanam dengan perhitungan musim tanam berdasarkan konstalasi sebagai tradisi orang Biak adalah Kacang Hijau, Jagung dan Otong (Sejenis gandum yang disebut Pokem dalam bahasa Biak).  Jenis tanaman itu pula yang pembersihan lahannya dilakukan dengan membabat dan membakar hutan.
Musim ikan disebut Musim Wampasi yang berlangsung antara bulan April-September.  Gejala-gejala yang dijadikan Patokan umum antara lain adalah : Pasang-surut air laut yang melebihi batas rata-rata pada pagi dan sore hari (Pasang naik) dan siang serta malam hari (Surut).

PENGETAHUAN TENTANG LINGKUNGAN FISIK

         Bayangan orang Biak mengenai dunia ini sangat dualistis.  Timur dan Utara merupakan tempat bercokolnya kekuatan-kekuatan yang berpengaruh baik terhadap nasib manusia.  Kekuasaan atau kekuatan alam tadi berada pada dunia awan yaitu lapisan kedua di bawah Nanggi, yaitu pusat atau sumber kekuasaan sentral yang mengatur jagad raya ini.  Bumi dan tanah yang ditempati roh-roh batu dan gunung merupakan lapisan ketiga sesudah dunia awan, sedangkan lapisan keempat berada di bawah bumi dan didasar laut yang merupakan alam orang mati.
 
        Pada alam yang nyata, bukan bayangan, orang Biak membagi lingkungannya menjadi lingkungan darat (Sup/Barbonde/ri) dan lingkungan laut (swan/barbonda/ri).  Lingkungan darat selanjutnya digolongkan lagi menurut criteria tertentu.  Hutan misalnya dibedakan menjadi Sup Marires dan Sup Mbrur.  Sup marires umumnya dimaksudkan mencakup hutan kerdil yang letaknya dekat pantai.  Sedang Sup Mbrur adalah hutan pedalaman yang umumnya ditumbuhi pepohonan yang cukup besar dan lebat.  Ada jenis tumbuhan tertentu yang hanya ditemukan tumbuh pada sup marires antara lain dalam bahasa Biak adalah Manspai, Safer, Ayoi.  Sebaliknya pohon matoa dan beberapa jenis pohon tertentu merupakan tumbuhan yang khas untuk sup Mbrur.

         Selain kedua hutan daratan tersebut, orang Biak juga mengenal dengan baik jenis-jenis pohon yang tumbuh pada kawasan-kawasan pantai basah, yaitu Hutan bakau.

         Dalam bahasa Biak, tanah disebut Saprop, sedangkan tanah beserta hutannya biasanya disebut Sup.  Oleh karena itu tanah di kawasan Marires kadang juga disebut Sup Marires, demikian juga tanah pada kawasan mbrur disebut juga sup mbrur.  Singkatnya sup dan saprop kadang dipergunakan untuk arti yang sama yaitu tanah dan hutan.

         Tanah sup marires umumnya kering dan kurang subur, sedangkan tanah pada sub mbrur umumya agak basah dan gembur sehingga cukup subur untuk dijadikan lahan kebun/ ladang.  Untuk Jenis tanah rawa atau disebut Marser adalah jenis tanah yang umumnya ditumbuhi oleh rumpun-rumpun sagu.

TEKNOLOGI TRADISIONAL DALAM PENGOLAHAN LADANG

       Orang Biak di pedesaan hidup dari bercocok tanam dengan system peladangan berpindah-pindah.  Kedua jenis lahan/ hutan diperlakukan berbeda dalam pemanfaatannya.  Lahan Marires umumnya diolah dengan pola membabat atau menebas-membakar-membersihkan dan menanam.  Sedangkan Mbrur yang merupakan lahan kebun utama dikerjakandengan pola pengolahan merambah/membabat-menanam-menebang.  Pola pengerjaan lahan kebun utama ini antara lain Pertama dengan merambah dan mencabuti semak belukar dan menebang pepohonan kecil di bawah rindangan pepohonan yang besar.  Tahap kedua adalah menanam bibit atau tunas-tunas keladi maupun talas sebagai tanaman utama.  Tahap ketiga, yaitu tahap penebangan pepohonan yang besar-besar yang dilakukan setelah tanaman baru berumur dua sampai tiga minggu, pada waktu tanaman mengeluarkan satu sampai dua helai daun baru.  Ranting-ranting kayu dan dedaunan dari pepohonan yang telah ditebang itu ditebar hingga merata sehingga diharapkan nantinya menjadi bahan penyubur tanama bila sudah menjadi lapuk.  Setelah tahap penanaman selesai dan pepohonan besar ditebang lalu dilanjutkan denganpembuatan pagar untuk mengamankan ladang dari serangan hama babi hutan.

Minggu, 13 November 2011

PSP-3 DI DISTRIK BIAK TIMUR

Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (PSP-3) untuk Tahun 2011-2013 mulai ditempatkan di Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua.  Program PSP-3 ini merupakan program yang melibatkan para sarjana untuk memperteguh komitmennya turut serta terlibat dalam pembangunan Nasional.  Secara khusus para sarjana dalam Program PSP-3 ini akan membangun kepemudaan desa/ kampung, artinya akan menjadikan desa/ kampung  sebagai pusat aktifitas dan berusaha yang lebih maju di masa mendatang .  Komitmen ini penting yaitu mengatasi dua permasalahan pokok yaitu menumpuknya pengangguran terdidik di perkotaan dan masih rendahnya kualitas Sumber daya pemuda di perdesaan.


Kepala Distrik Biak Timur, Agus Filma S.Sos saat menerima 15 orang PSP-3 di Distrik Biak Timur berharap PSP-3 dapat mengatasi kedua permasalahan pokok dengan mengubah Paradigma dari Sarjana Pencari Kerja menjadi Sarjana Pencipta Lapangan Kerja.  Disamping itu Kepala Distrik berharap PSP-3 yang ada dapat berbaur dengan masyarakat dan dapat menggerakkan Peran serta aktif mereka terutama Para Pemuda kampung untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembangunan Kampung.

Para PSP-3 tersebut selanjutnya akan ditempatkan di 3 Kampung, yaitu Kampung Woniki yang ditempati oleh Absolon Gerson Sohilait, Warda Sella, Richards Abraham, Johni Maay, SE dan Ahmad Husein Borut.  Kampung Soryar ditempati oleh Fransiskus Xaverius A Saputra, S.Ik, Michael B. Tarukbua, Ribka Tandana, Ernita Hermansyah dan Vriescka Margareth Siahaya serta Kampung Rimba Jaya ditempati Ira S. Tualeka, Febiola Fransiska Y. Korwa, Nelly L.C Kamer, Ronal Loto dan Muhammad Fahmi Hasan.  Para PSP-3 tersebuit merupakan Sarjana yang direkrut dari Papua Barat dan Maluku.